Rabu, 25 Februari 2015

SITUS KALITAMAN DI DESA WUJIL KEC.BERGAS LOR KAB.SEMARANG..

Minggu 25 Januari 2015

situs kalitaman
Lokasi : desa wujil kec.bergas kab semarang
religion : hindu
blusukan di situs ini adalah lokasi blusukan terakhir bersama rekan komunitas mas sasadara manjer kawuryan,rekan yang senantiasa siap menemani blusukan di seputaran kab semarang.
Untuk menuju situs ini cukup mudah dan tidak sulit,berhubung tidak ada papan keterangan situs jadi bagi sobat memang sangat sulit kalau tidak bertanya dengan penduduk sekitar.situs ini berada di atas sebuah bukit yang biasa disebut masyarakat sekitar yaitu bukit kalitaman.
Rute : dari arah semarang sebelum jalan arah menuju wisata bandungan sobat lihat gang sebelah kanan yang ada di gambar di bawah ini.

gang menuju situs kalitaman

Dari gapura ini masuk lurus saja ikuti jalan sampai ketemu pertigaan yang ada dibawah ini

sebuah tugu di pertigaan desa wujil

Dari pertigaan tugu ini ambil jalan arah ke kiri ikuti saja sampai di sebuah sendang yang cukup luas

sendang kalitaman

dari sendang ini ikuti jalan yang menanjak ada disamping sebuah makam

jalan di samping makam

jalan tanah di hutan bambu


jalan setapak menuju bukit kalitaman

batuan candi yang berada di perjalanan

Setelah perjalalanan kurang lebih 200 meter menuju situs kalitaman ini ditempuh akhirnya sampai juga di atas bukit kalitaman yang cukup bagus dengan pemandangan diatas bukit ini.
pemandangan dari bukit kalitaman

perjalanan memang cukup menguras tenaga sampai keluar keringat  dikarenakan sepanjang perjalanan menuju situs ini jalannya menanjak terus sampai ke bukit kalitaman.istirahat sebentar memulihkan tenaga dan melihat pemandangan yang sungguh menawan diatas bukit.
pahatan batuan candi yang masih menempel di batuan utuh besar

bekas pahatan

alur alur pahatan

batuan utuh

yang masih terpendam

di bukit kalitaman ini ada beberapa bagian dari situs yang masih terlihat terbagi dalam 3 kelompok batuan utuh yang terpahat,batuan sisa yang dikumpulkan dan bagian yang sudah jadi.




batuan sisa  situs yang dikumpulkan

banyak batuan yang telah dikumpulkan secara sengaja dan ditumpuk di sekitar.
dan yang paling menarik perhatian adalah adanya batu umpak 2 buah yang bersebelahan.memang sebelumnya saya menduga ini batu umpak tapi setelah saya amati dan perhatikan ternyata batu umpak ini adalah sebuah yoni yang menyambung.artinya 2 buah batu umpak ini kalau disusun menjadi sebuah yoni yang cukup besar bentuknya.

yoni 1

yoni 2

untuk batu umpak 2 memang benar ini adalah sebuah yoni karena di salah satu bagian tepi tengah bawah batu umpak ini terdapat sebuah cerat yang patah dan masih tergambar dengan jelas ini sebuah cerat dan tampak lubang cerat yang biasa untuk aliran air suci pembasuhan dari sebuah lingga yang merupakan pasangan yoni.dari sini kuat saya mengatakan yoni.jadi bukan batu umpak.

cerat yoni dan lubang cerat yoni 2

lubang yoni 1

yoni 1

lubang yoni 1

yoni 2

lubang yoni 1

lubang yoni 2

 mengukur yoni 1

mengukur yoni 2

penasaran  dengan batu yoni ini dan akhirnya mencoba mengukur secara sederhana batu yoni 1 dan yoni 2.tampak gambar diatas hanya mengukur secara sederhana saja atau umum.kalau memang ini memang satu yoni tersusun dari 2 batuan.Tidak ada alat ukur saya mencoba dengan sebilah bambu yang ada di sekitar.mulai lngsung mengukur kuncian lubang yang berbentuk kotak dan ukuran memang tepat kalau susun.

yoni 2 posisi terbalik dan terlihat cerat

yoni 1 dan yoni 2

pahatan khas ukiran yoni

yoni 1 dan yoni 2
terlihat dengan jelas pahatan yang di tengah lubang timbul dan yang satunya tenggelam.sebagai kuncian supaya tidak geser.

Dan penasaran dengan yoni yang tidak selesai dikerjakan artinya belum jadi secara dasar sudah berbentuk yoni tapi kurang ada pahatan khas yoni..
mencoba mencari sekeliling tapi tidak ketemu dan akhirnya nekat mencoba masuk di area yang tumbuh semak2 tinggi dan tidak ada bekas jejak kaki orang yang pernah di yoni unfinished ini.Dan memang benar dalam rimbunnya semak dan rumput ilalang ini yoni berada.

yoni unfinished tampak depan






gambar diatas adalah gambar yoni dari berbagai posisi

tampak dari kejauhan setelah nekat masuk grumput ilalang

umpak batu

umpak batu

selain yoni unfinished juga terdapat batu umpak yang tergeletak tidak jauh dari yoni sambungan
seperti tampak pada gambar diatas.
banyaknya bagian dari candi yang ditemukan di sini menandakan tempat ini dulu pernah ada sebuah candi atau tempat membuat bagian bagian candi.karena di tempat ini juga ada sumber air yaitu sendang kalitaman yang berada di bawah situs ini.perlu penelitian lebih lanjut dari pemerintah dan dinas terkait.dan syukur kalau dijadikan tempat wisata alam...hehe

masih penasaran untuk bisa blusukan lagi di situs kalitaman ini.....
semoga dilain kesempatan bisa blusukan lagi disini...
terimakasih,salam budaya semoga tetap lestari..

nb:spesial thanks mas sasadara manjer kawuryan atas infonya
semua gambar:maxtristcavalera






Senin, 23 Februari 2015

SITUS PETILASAN PANGERAN SAMBERNYOWO DI GUNUNG GAMBAR YOGYAKARTA

02 JANUARI 2015

 saya di gunung gambar

Gunung Gambar adalah sebuah bukit yang mempunyai arti ‘tempat untuk menggambarkan sesuatu’. Terletak di Dusun Gununggambar, Desa Jurangrejo Kecamatan Ngawen, Gunungkidul. Sekitar abad ke-18, ada seorang Pangeran dari Kraton Surakarta yang bernama Raden Mas Sahid atau Pangeran Sambar Nyawa yang merupakan putra menantu Pangeran Mangkubumi dari Kraton Yogyakarta yang dahulu bernama Mataram merasa sakit hati terhadap bangsa Belanda yang dengan liciknya menangkap Pangeran Mangkubumi. Melihat kondisi rakyat kecil yang terus ditindas dan sengsara, akhirnya Pangeran Sambernyawa meneruskan perjuangan mertuanya itu untuk mengusir penjajah.
Sebelum ia dinobatkan menjadi raja, beliau berkelana ke wilayah Ngawen dengan tujuan untuk meminta bantuan pada demang yaitu Ki Demang Singodikoro. Sesampainya di sana, ia di minta untuk bertirakat di sebuah gua kecil yang dulunya merupakan tempat padepokan dan moksanya Ki Gading Mas. Di tempat inilah Pangeran Sambernyawa mendapatkan wahyu kraton yang selanjutnya ia kemudian duduk di atas bukit di sebuah batu yang saat ini disebut Batu Kong. Di tempat itu pula Pangeran menggambar calon daerah Mangkunegaran yang dipakai sebagai pusat kerajaan dan jalan atau rute perang untuk mengusir penjajah kompeni Belanda dari Pulau Jawa. Bukit itulah yang sampai saat ini masih dikenang oleh masyarakat di Gunungkidul.

Gunung Gambar adalah sebuah bukit yang mempunyai arti ‘tempat untuk menggambarkan sesuatu’. Terletak di Dusun Gununggambar, Desa Jurangrejo Kecamatan Ngawen, Gunungkidul. Sekitar abad ke-18, ada seorang Pangeran dari Kraton Surakarta yang bernama Raden Mas Sahid atau Pangeran Sambar Nyawa yang merupakan putra menantu Pangeran Mangkubumi dari Kraton Yogyakarta yang dahulu bernama Mataram merasa sakit hati terhadap bangsa Belanda yang dengan liciknya menangkap Pangeran Mangkubumi. Melihat kondisi rakyat kecil yang terus ditindas dan sengsara, akhirnya Pangeran Sambernyawa meneruskan perjuangan mertuanya itu untuk mengusir penjajah.
Sebelum ia dinobatkan menjadi raja, beliau berkelana ke wilayah Ngawen dengan tujuan untuk meminta bantuan pada demang yaitu Ki Demang Singodikoro. Sesampainya di sana, ia di minta untuk bertirakat di sebuah gua kecil yang dulunya merupakan tempat padepokan dan moksanya Ki Gading Mas. Di tempat inilah Pangeran Sambernyawa mendapatkan wahyu kraton yang selanjutnya ia kemudian duduk di atas bukit di sebuah batu yang saat ini disebut Batu Kong. Di tempat itu pula Pangeran menggambar calon daerah Mangkunegaran yang dipakai sebagai pusat kerajaan dan jalan atau rute perang untuk mengusir penjajah kompeni Belanda dari Pulau Jawa. Bukit itulah yang sampai saat ini masih dikenang oleh masyarakat di Gunungkidul.

pemandangan alam yang menghijau gunung gambar
Tempat dengan ketinggian sekitar 200 m dpl ini, berjarak sekitar 30 km dari Kota Wonosari atau 70 km dari Kota Yogyakarta. Di Gununggambar terdapat 2 situs petilasan. Yang pertama adalah petilasan Ki Ageng Gading Mas dari Kerajaan Majapahit dan Yang Kedua adalah petilasan Pangeran Sambernyawa. Pangeran Sambernyawa bernama asli Raden Mas Said, kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Arya Mangkunagara I (7 April 1725-28 Desember 1795). Beliau adalah anak dari Pangeran Arya Mangkunagara Kartasura dan Raden Ayu Wulan. Pangeran Sambernyawa adalah pendiri Praja Mangkunegaran, sebuah kadipaten tinggi di wilayah Jawa Tengah, tepatnya Jawa Tengah bagian timur dengan Wonogiri sebagai pusat pemerintahannya. Dinamakan sebagai Gununggambar karena keindahan tempat ini yang bisa melihat sekeliling tanpa terhalang oleh apa pun. Namun dapat juga disebabkan tempat ini digunakan sebagai tempat Pangeran Sambernyawa untuk menggambarkan strategi perang dalam melawan penjajah Belanda. Petilasan yang paling terkenal di tempat ini adalah adanya jejak tangan dan kaki di dinding batu yang merupakan bekas jejak tangan dan kaki Pangeran Sambernyawa.
Dari puncak Gununggambar pengunjung juga dapat melihat pemandangan yang memukau. Pada malam hari pengunjung dapat menyaksikan gemerlap lampu di Kabupaten Klaten dan Kota Solo. Pemandangan area persawahan di sekitar Gununggambar pun mempesona, tatanan sawah, gemericik air dan langit yang sempurna. Di dusun Gununggambar sendiri terdapat Pura yang dikenal dengan nama Candi Bentar. Setiap satu tahun sekali di Gununggambar dan di Hutan Wonosadi diadakan ritual Sadranan untuk menghargai tradisi leluhur.
Lokasi Petilasan Gununggambar dapat diakses dengan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun empat. Selain menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung juga dapat memanfaatkan sarana angkutan umum. Pengunjung bisa naik bus jurusan Yogyakarta-Wonosari dari Terminal Giwangan, Yogyakarta dan turun di Terminal Wonosari. Setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan naik angkutan umum jurusan Karangmojo-Ngawen.

 
sebuah pura di kaki gunung gambar

jalan menuju gunung gambar

 batu cadas gunung gambar

gapura petilasan

petilasan pangeran sambernyowo

sudut pemandangan gunung gambar



Selain dari arah Yogyakarta, pengunjung juga dapat menempuh jalur utara, yaitu lewat Kabupaten Klaten kemudian langsung menuju ke Kecamatan Ngawen. Hanya saja, dari kedua jalur tersebut pengunjung tidak dapat langsung sampai di gerbang Petilasan Gununggambar. Semua kendaraan hanya sampai di kaki Gununggambar. Selanjutnya perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki dengan medan yang cukup sulit. Namun, perjalanan yang melelahkan tersebut niscaya akan terbayar lunas ketika pengunjung telah sampai di puncak gunung dan melihat keindahan panorama di sekitar petilasan. Pengunjung yang singgah di Petilasan Gununggambar tidak dipungut biaya. Pengunjung hanya diwajibkan untuk menjaga kesopanan dan kebersihan selama berkunjung di tempat ini.
Sumber: Ensiklopedi Gunungkidul

salam blusukan salam budaya semoga lestari

semua gambar: maxtristcavalera