CANDI GONDOSULI
di reruntuhan batu penyusun candi gondosuli
Lokasi: Desa Gondosuli Kec Bulu Temanggung
Religion: Hindu
Blusukan bulan desember ini menuju ke kota temanggung,seringkali juga banyak yang menyebut kota tembakau.Disini salah satu pusat penghasil tembakau di Indonesia.Banyak gudang gudang penyimpanan dari perusahaan rokok nasional berdiri di kota ini.
Di salah satu kecamatan di kota ini ada sebuah peninggalan sejarah peradaban masa silam yang begitu mengagumkan meski hanya tinggal reruntuhannya saja,yaitu reruntuhan candi gondosuli.Disini juga terdapat sebuah prasasti yang sering disebut prasasti gondosuli.
prasasti gondosuli
Berdasarkan penelitian Prasasti Gondosuli memuat 11 baris tulisan, ditulis dengan huruf Jawa Kuno, tetapi menggunakan bahasa Melayu Kuno. Bahkan bentuk tulisannya mirip prasasti-prasasti di daerah Sriwijaya Andalas (Sumatera).
Prasasti Gondosuli ditulis/dipahat pada batu besar dengan panjang 290 cm, lebar 110 cm dan tinggi 100 cm, sedangkan bidang yag ditulis berukuran 103 x 54 cm2.
Pada baris pertama terdapat tulisan “Nama Syiwa Om Mahayana, sahin mendagar wa’zt tanta pawerus darma”. (Bakti kepada Desa Siwa, Om Mahayana (Orang Besar). Di semua batas hutan pertapaan, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, mendengarkan hasil pekerjaan/ perbuatan yang baik).
Prasasti ini berisi penghibahan tanah, dimana tanah itu digunakan untuk bangunan suci/ candi, serta untuk memperingati pembangunan patung raja (Hyang Haji) disebuah preseda yang disebut Sang Hyang Wintang.
CANDI GONDOSULI
SELAIN prasasti, ditemukan pula reruntuhan bebatuan candi yang berserakan disekitarnya. Belum diketahui berapa luas candi tersebut, karena bentuknya sudah tidak utuh lagi.
Batu-batu yang berserakan itu diperkirakan hanya bagian atas candi, sedangkan sebagian besar bangunan candi terpendam dalam tanah. Pernah ada upaya dari pihak terkait, yaitu Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, untuk melakukan penggalian. Tapi upaya ini dihentikan karena tanah diatas bangunan candi yang terpendam digunakan untuk pemakaman umum. Bahkan ada makam seorang tokoh agama, Kiai Rofi’I, yang dikeramatkan oleh penduduk setempat.
Ahli purbakala dari Australia, Prof Dr JG Casparis, menduga candi Gondosuli dibangun pada abad ke-9. Casparis juga memperkirakan kalau bentuk bangunan candi ini tidak berbeda jauh dari bangunan-bangunan candi yang dibangun pada abad tersebut dan berada disekitarnya.
Candi-candi yang dimaksud Casparis antara lain puluhan candi di Dieng, candi Gedongsongo, dan candi Pringapus di Temanggung. Candi Gondosuli, yang berasitektur Hindu, diperkirakan juga dibangun Rakai Patapan. Ia merupakan salah seorang anak dari sanjaya, raja pertama Mataram Hindu. Rakai Patapan sendiri merupakan raja ke-5.
Berdasarkan penelitian Prasasti Gondosuli memuat 11 baris tulisan, ditulis dengan huruf Jawa Kuno, tetapi menggunakan bahasa Melayu Kuno. Bahkan bentuk tulisannya mirip prasasti-prasasti di daerah Sriwijaya Andalas (Sumatera).
Prasasti Gondosuli ditulis/dipahat pada batu besar dengan panjang 290 cm, lebar 110 cm dan tinggi 100 cm, sedangkan bidang yag ditulis berukuran 103 x 54 cm2.
Pada baris pertama terdapat tulisan “Nama Syiwa Om Mahayana, sahin mendagar wa’zt tanta pawerus darma”. (Bakti kepada Desa Siwa, Om Mahayana (Orang Besar). Di semua batas hutan pertapaan, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, mendengarkan hasil pekerjaan/ perbuatan yang baik).
Prasasti ini berisi penghibahan tanah, dimana tanah itu digunakan untuk bangunan suci/ candi, serta untuk memperingati pembangunan patung raja (Hyang Haji) disebuah preseda yang disebut Sang Hyang Wintang.
CANDI GONDOSULI
SELAIN prasasti, ditemukan pula reruntuhan bebatuan candi yang berserakan disekitarnya. Belum diketahui berapa luas candi tersebut, karena bentuknya sudah tidak utuh lagi.
Batu-batu yang berserakan itu diperkirakan hanya bagian atas candi, sedangkan sebagian besar bangunan candi terpendam dalam tanah. Pernah ada upaya dari pihak terkait, yaitu Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, untuk melakukan penggalian. Tapi upaya ini dihentikan karena tanah diatas bangunan candi yang terpendam digunakan untuk pemakaman umum. Bahkan ada makam seorang tokoh agama, Kiai Rofi’I, yang dikeramatkan oleh penduduk setempat.
Ahli purbakala dari Australia, Prof Dr JG Casparis, menduga candi Gondosuli dibangun pada abad ke-9. Casparis juga memperkirakan kalau bentuk bangunan candi ini tidak berbeda jauh dari bangunan-bangunan candi yang dibangun pada abad tersebut dan berada disekitarnya.
Candi-candi yang dimaksud Casparis antara lain puluhan candi di Dieng, candi Gedongsongo, dan candi Pringapus di Temanggung. Candi Gondosuli, yang berasitektur Hindu, diperkirakan juga dibangun Rakai Patapan. Ia merupakan salah seorang anak dari sanjaya, raja pertama Mataram Hindu. Rakai Patapan sendiri merupakan raja ke-5.
sisa batuan reruntuhan candi gondosuli
berada dekat dengan prasasti gondosuli
banyaknya batuan reruntuhan candi
batuan bagian pintu candi
umpak umpak batu
batuan candi
batu batu yg masih terlihat pahatan
batu kemuncak candi
arca nandi yang aus
yoni candi gondosuli
batuan candi
batuan candi yang masih terlihat motif hiasannya
batu dengan hiasan makara
Sebuah lokasi yang direkomendasikan untuk dikunjungi. Selain jalan menuju lokasi menyuguhkan penandangan yang indah, berpetualang ke situs cagar budaya akan menambah kecintaan kita kepada sejarah budaya bangsa dan bermanfaat untuk anak cucu kita agar selalu melestarikannya. Bagi sahabat Explorider yang kebetulan berkunjung ke Temanggung, lokasi ini layak dikunjungi.
terimakasih ,salam budaya salam blusukan situs dan candi
Sebuah lokasi yang direkomendasikan untuk dikunjungi. Selain jalan menuju lokasi menyuguhkan penandangan yang indah, berpetualang ke situs cagar budaya akan menambah kecintaan kita kepada sejarah budaya bangsa dan bermanfaat untuk anak cucu kita agar selalu melestarikannya. Bagi sahabat Explorider yang kebetulan berkunjung ke Temanggung, lokasi ini layak dikunjungi.
terimakasih ,salam budaya salam blusukan situs dan candi