02 JANUARI 2015
Gunung Gambar adalah sebuah bukit yang mempunyai arti ‘tempat untuk menggambarkan sesuatu’. Terletak di Dusun Gununggambar, Desa Jurangrejo Kecamatan Ngawen, Gunungkidul. Sekitar abad ke-18, ada seorang Pangeran dari Kraton Surakarta yang bernama Raden Mas Sahid atau Pangeran Sambar Nyawa yang merupakan putra menantu Pangeran Mangkubumi dari Kraton Yogyakarta yang dahulu bernama Mataram merasa sakit hati terhadap bangsa Belanda yang dengan liciknya menangkap Pangeran Mangkubumi. Melihat kondisi rakyat kecil yang terus ditindas dan sengsara, akhirnya Pangeran Sambernyawa meneruskan perjuangan mertuanya itu untuk mengusir penjajah.
Sebelum ia dinobatkan menjadi raja, beliau berkelana ke wilayah Ngawen dengan tujuan untuk meminta bantuan pada demang yaitu Ki Demang Singodikoro. Sesampainya di sana, ia di minta untuk bertirakat di sebuah gua kecil yang dulunya merupakan tempat padepokan dan moksanya Ki Gading Mas. Di tempat inilah Pangeran Sambernyawa mendapatkan wahyu kraton yang selanjutnya ia kemudian duduk di atas bukit di sebuah batu yang saat ini disebut Batu Kong. Di tempat itu pula Pangeran menggambar calon daerah Mangkunegaran yang dipakai sebagai pusat kerajaan dan jalan atau rute perang untuk mengusir penjajah kompeni Belanda dari Pulau Jawa. Bukit itulah yang sampai saat ini masih dikenang oleh masyarakat di Gunungkidul.
saya di gunung gambar
Gunung Gambar adalah sebuah bukit yang mempunyai arti ‘tempat untuk menggambarkan sesuatu’. Terletak di Dusun Gununggambar, Desa Jurangrejo Kecamatan Ngawen, Gunungkidul. Sekitar abad ke-18, ada seorang Pangeran dari Kraton Surakarta yang bernama Raden Mas Sahid atau Pangeran Sambar Nyawa yang merupakan putra menantu Pangeran Mangkubumi dari Kraton Yogyakarta yang dahulu bernama Mataram merasa sakit hati terhadap bangsa Belanda yang dengan liciknya menangkap Pangeran Mangkubumi. Melihat kondisi rakyat kecil yang terus ditindas dan sengsara, akhirnya Pangeran Sambernyawa meneruskan perjuangan mertuanya itu untuk mengusir penjajah.
Sebelum ia dinobatkan menjadi raja, beliau berkelana ke wilayah Ngawen dengan tujuan untuk meminta bantuan pada demang yaitu Ki Demang Singodikoro. Sesampainya di sana, ia di minta untuk bertirakat di sebuah gua kecil yang dulunya merupakan tempat padepokan dan moksanya Ki Gading Mas. Di tempat inilah Pangeran Sambernyawa mendapatkan wahyu kraton yang selanjutnya ia kemudian duduk di atas bukit di sebuah batu yang saat ini disebut Batu Kong. Di tempat itu pula Pangeran menggambar calon daerah Mangkunegaran yang dipakai sebagai pusat kerajaan dan jalan atau rute perang untuk mengusir penjajah kompeni Belanda dari Pulau Jawa. Bukit itulah yang sampai saat ini masih dikenang oleh masyarakat di Gunungkidul.
Gunung Gambar adalah sebuah bukit yang mempunyai arti ‘tempat untuk menggambarkan sesuatu’. Terletak di Dusun Gununggambar, Desa Jurangrejo Kecamatan Ngawen, Gunungkidul. Sekitar abad ke-18, ada seorang Pangeran dari Kraton Surakarta yang bernama Raden Mas Sahid atau Pangeran Sambar Nyawa yang merupakan putra menantu Pangeran Mangkubumi dari Kraton Yogyakarta yang dahulu bernama Mataram merasa sakit hati terhadap bangsa Belanda yang dengan liciknya menangkap Pangeran Mangkubumi. Melihat kondisi rakyat kecil yang terus ditindas dan sengsara, akhirnya Pangeran Sambernyawa meneruskan perjuangan mertuanya itu untuk mengusir penjajah.
Sebelum ia dinobatkan menjadi raja, beliau berkelana ke wilayah Ngawen dengan tujuan untuk meminta bantuan pada demang yaitu Ki Demang Singodikoro. Sesampainya di sana, ia di minta untuk bertirakat di sebuah gua kecil yang dulunya merupakan tempat padepokan dan moksanya Ki Gading Mas. Di tempat inilah Pangeran Sambernyawa mendapatkan wahyu kraton yang selanjutnya ia kemudian duduk di atas bukit di sebuah batu yang saat ini disebut Batu Kong. Di tempat itu pula Pangeran menggambar calon daerah Mangkunegaran yang dipakai sebagai pusat kerajaan dan jalan atau rute perang untuk mengusir penjajah kompeni Belanda dari Pulau Jawa. Bukit itulah yang sampai saat ini masih dikenang oleh masyarakat di Gunungkidul.
Tempat dengan ketinggian sekitar 200 m dpl ini, berjarak sekitar 30
km dari Kota Wonosari atau 70 km dari Kota Yogyakarta. Di Gununggambar
terdapat 2 situs petilasan. Yang pertama adalah petilasan Ki Ageng
Gading Mas dari Kerajaan Majapahit dan Yang Kedua adalah petilasan
Pangeran Sambernyawa. Pangeran Sambernyawa bernama asli Raden Mas Said,
kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Arya Mangkunagara I (7 April
1725-28 Desember 1795). Beliau adalah anak dari Pangeran Arya
Mangkunagara Kartasura dan Raden Ayu Wulan. Pangeran Sambernyawa adalah
pendiri Praja Mangkunegaran, sebuah kadipaten tinggi di wilayah Jawa
Tengah, tepatnya Jawa Tengah bagian timur dengan Wonogiri sebagai pusat
pemerintahannya. Dinamakan sebagai Gununggambar karena keindahan tempat
ini yang bisa melihat sekeliling tanpa terhalang oleh apa pun. Namun
dapat juga disebabkan tempat ini digunakan sebagai tempat Pangeran
Sambernyawa untuk menggambarkan strategi perang dalam melawan penjajah
Belanda. Petilasan yang paling terkenal di tempat ini adalah adanya
jejak tangan dan kaki di dinding batu yang merupakan bekas jejak tangan
dan kaki Pangeran Sambernyawa.
Dari puncak Gununggambar pengunjung juga dapat melihat pemandangan
yang memukau. Pada malam hari pengunjung dapat menyaksikan gemerlap
lampu di Kabupaten Klaten dan Kota Solo. Pemandangan area persawahan di
sekitar Gununggambar pun mempesona, tatanan sawah, gemericik air dan
langit yang sempurna. Di dusun Gununggambar sendiri terdapat Pura yang
dikenal dengan nama Candi Bentar. Setiap satu tahun sekali di
Gununggambar dan di Hutan Wonosadi diadakan ritual Sadranan untuk
menghargai tradisi leluhur.Lokasi Petilasan Gununggambar dapat diakses dengan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun empat. Selain menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung juga dapat memanfaatkan sarana angkutan umum. Pengunjung bisa naik bus jurusan Yogyakarta-Wonosari dari Terminal Giwangan, Yogyakarta dan turun di Terminal Wonosari. Setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan naik angkutan umum jurusan Karangmojo-Ngawen.
sebuah pura di kaki gunung gambar
jalan menuju gunung gambar
batu cadas gunung gambar
gapura petilasan
petilasan pangeran sambernyowo
sudut pemandangan gunung gambar
Selain dari arah Yogyakarta, pengunjung juga dapat menempuh jalur utara, yaitu lewat Kabupaten Klaten kemudian langsung menuju ke Kecamatan Ngawen. Hanya saja, dari kedua jalur tersebut pengunjung tidak dapat langsung sampai di gerbang Petilasan Gununggambar. Semua kendaraan hanya sampai di kaki Gununggambar. Selanjutnya perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki dengan medan yang cukup sulit. Namun, perjalanan yang melelahkan tersebut niscaya akan terbayar lunas ketika pengunjung telah sampai di puncak gunung dan melihat keindahan panorama di sekitar petilasan. Pengunjung yang singgah di Petilasan Gununggambar tidak dipungut biaya. Pengunjung hanya diwajibkan untuk menjaga kesopanan dan kebersihan selama berkunjung di tempat ini.
Sumber: Ensiklopedi Gunungkidul
salam blusukan salam budaya semoga lestari
semua gambar: maxtristcavalera
Tidak ada komentar:
Posting Komentar