Senin, 23 Februari 2015

SITUS PETILASAN PANGERAN SAMBERNYOWO DI GUNUNG GAMBAR YOGYAKARTA

02 JANUARI 2015

 saya di gunung gambar

Gunung Gambar adalah sebuah bukit yang mempunyai arti ‘tempat untuk menggambarkan sesuatu’. Terletak di Dusun Gununggambar, Desa Jurangrejo Kecamatan Ngawen, Gunungkidul. Sekitar abad ke-18, ada seorang Pangeran dari Kraton Surakarta yang bernama Raden Mas Sahid atau Pangeran Sambar Nyawa yang merupakan putra menantu Pangeran Mangkubumi dari Kraton Yogyakarta yang dahulu bernama Mataram merasa sakit hati terhadap bangsa Belanda yang dengan liciknya menangkap Pangeran Mangkubumi. Melihat kondisi rakyat kecil yang terus ditindas dan sengsara, akhirnya Pangeran Sambernyawa meneruskan perjuangan mertuanya itu untuk mengusir penjajah.
Sebelum ia dinobatkan menjadi raja, beliau berkelana ke wilayah Ngawen dengan tujuan untuk meminta bantuan pada demang yaitu Ki Demang Singodikoro. Sesampainya di sana, ia di minta untuk bertirakat di sebuah gua kecil yang dulunya merupakan tempat padepokan dan moksanya Ki Gading Mas. Di tempat inilah Pangeran Sambernyawa mendapatkan wahyu kraton yang selanjutnya ia kemudian duduk di atas bukit di sebuah batu yang saat ini disebut Batu Kong. Di tempat itu pula Pangeran menggambar calon daerah Mangkunegaran yang dipakai sebagai pusat kerajaan dan jalan atau rute perang untuk mengusir penjajah kompeni Belanda dari Pulau Jawa. Bukit itulah yang sampai saat ini masih dikenang oleh masyarakat di Gunungkidul.

Gunung Gambar adalah sebuah bukit yang mempunyai arti ‘tempat untuk menggambarkan sesuatu’. Terletak di Dusun Gununggambar, Desa Jurangrejo Kecamatan Ngawen, Gunungkidul. Sekitar abad ke-18, ada seorang Pangeran dari Kraton Surakarta yang bernama Raden Mas Sahid atau Pangeran Sambar Nyawa yang merupakan putra menantu Pangeran Mangkubumi dari Kraton Yogyakarta yang dahulu bernama Mataram merasa sakit hati terhadap bangsa Belanda yang dengan liciknya menangkap Pangeran Mangkubumi. Melihat kondisi rakyat kecil yang terus ditindas dan sengsara, akhirnya Pangeran Sambernyawa meneruskan perjuangan mertuanya itu untuk mengusir penjajah.
Sebelum ia dinobatkan menjadi raja, beliau berkelana ke wilayah Ngawen dengan tujuan untuk meminta bantuan pada demang yaitu Ki Demang Singodikoro. Sesampainya di sana, ia di minta untuk bertirakat di sebuah gua kecil yang dulunya merupakan tempat padepokan dan moksanya Ki Gading Mas. Di tempat inilah Pangeran Sambernyawa mendapatkan wahyu kraton yang selanjutnya ia kemudian duduk di atas bukit di sebuah batu yang saat ini disebut Batu Kong. Di tempat itu pula Pangeran menggambar calon daerah Mangkunegaran yang dipakai sebagai pusat kerajaan dan jalan atau rute perang untuk mengusir penjajah kompeni Belanda dari Pulau Jawa. Bukit itulah yang sampai saat ini masih dikenang oleh masyarakat di Gunungkidul.

pemandangan alam yang menghijau gunung gambar
Tempat dengan ketinggian sekitar 200 m dpl ini, berjarak sekitar 30 km dari Kota Wonosari atau 70 km dari Kota Yogyakarta. Di Gununggambar terdapat 2 situs petilasan. Yang pertama adalah petilasan Ki Ageng Gading Mas dari Kerajaan Majapahit dan Yang Kedua adalah petilasan Pangeran Sambernyawa. Pangeran Sambernyawa bernama asli Raden Mas Said, kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Arya Mangkunagara I (7 April 1725-28 Desember 1795). Beliau adalah anak dari Pangeran Arya Mangkunagara Kartasura dan Raden Ayu Wulan. Pangeran Sambernyawa adalah pendiri Praja Mangkunegaran, sebuah kadipaten tinggi di wilayah Jawa Tengah, tepatnya Jawa Tengah bagian timur dengan Wonogiri sebagai pusat pemerintahannya. Dinamakan sebagai Gununggambar karena keindahan tempat ini yang bisa melihat sekeliling tanpa terhalang oleh apa pun. Namun dapat juga disebabkan tempat ini digunakan sebagai tempat Pangeran Sambernyawa untuk menggambarkan strategi perang dalam melawan penjajah Belanda. Petilasan yang paling terkenal di tempat ini adalah adanya jejak tangan dan kaki di dinding batu yang merupakan bekas jejak tangan dan kaki Pangeran Sambernyawa.
Dari puncak Gununggambar pengunjung juga dapat melihat pemandangan yang memukau. Pada malam hari pengunjung dapat menyaksikan gemerlap lampu di Kabupaten Klaten dan Kota Solo. Pemandangan area persawahan di sekitar Gununggambar pun mempesona, tatanan sawah, gemericik air dan langit yang sempurna. Di dusun Gununggambar sendiri terdapat Pura yang dikenal dengan nama Candi Bentar. Setiap satu tahun sekali di Gununggambar dan di Hutan Wonosadi diadakan ritual Sadranan untuk menghargai tradisi leluhur.
Lokasi Petilasan Gununggambar dapat diakses dengan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun empat. Selain menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung juga dapat memanfaatkan sarana angkutan umum. Pengunjung bisa naik bus jurusan Yogyakarta-Wonosari dari Terminal Giwangan, Yogyakarta dan turun di Terminal Wonosari. Setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan naik angkutan umum jurusan Karangmojo-Ngawen.

 
sebuah pura di kaki gunung gambar

jalan menuju gunung gambar

 batu cadas gunung gambar

gapura petilasan

petilasan pangeran sambernyowo

sudut pemandangan gunung gambar



Selain dari arah Yogyakarta, pengunjung juga dapat menempuh jalur utara, yaitu lewat Kabupaten Klaten kemudian langsung menuju ke Kecamatan Ngawen. Hanya saja, dari kedua jalur tersebut pengunjung tidak dapat langsung sampai di gerbang Petilasan Gununggambar. Semua kendaraan hanya sampai di kaki Gununggambar. Selanjutnya perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki dengan medan yang cukup sulit. Namun, perjalanan yang melelahkan tersebut niscaya akan terbayar lunas ketika pengunjung telah sampai di puncak gunung dan melihat keindahan panorama di sekitar petilasan. Pengunjung yang singgah di Petilasan Gununggambar tidak dipungut biaya. Pengunjung hanya diwajibkan untuk menjaga kesopanan dan kebersihan selama berkunjung di tempat ini.
Sumber: Ensiklopedi Gunungkidul

salam blusukan salam budaya semoga lestari

semua gambar: maxtristcavalera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar